Kenapa Kita Dipanggil Ikhwan?

Bukan tanpa sebab dan tanpa alasan yang kuat, jika para pengamal Tarekat Qadiriyah wa Naqsyabandiyah (TQN) Ponpes Suryalaya dipanggil oleh Wali Mursyid Pangersa Abah Anom dengan panggilan ikhwan (akhwat untuk perempuan).

Ada yang berpendapat bahwa panggilan ikhwan ini sebagai bentuk ketawadluan Pangersa Abah Anom agar dapat setara dalam berinteraksi dengan murid-muridnya dalam belajar, mengamalkan, melestarikan dan mengembangkan ajaran dan amalan TQN Suryalaya.

Namun, dalam khazanah tarekat, alasan panggilan ikhwan bukan semata-mata karena satu pendapat itu saja. Ternyata Pangersa Abah Anom sangat cerdas dan menguasai betul tentang konsep ikhwan dalam tarekat. Konsep ini menjadi salah satu pembeda yang jelas antara tarekat dan tasawuf.

Baca juga: Sufi dan Mekanisme Keseimbangan

Tasawuf merupakan ilmu untuk mengetahui keadaan jiwa, baik maupun buruk, kemudian pelakunya secara pribadi. personal, bertekad untuk membersihkan jiwa dari sifat buruk.

Adapun tarekat, merujuk pendapat Tim Penulis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta di dalam Ensiklopedi Tasawuf terbitan Bandung Angkasa, 2008, halaman 1283-1289, adalah organisasi persaudaraan (brotherhood organization) dalam menjalankan upaya untuk mendekatkan diri kepada Allah.

Kata persaudaraan (brotherhood) dalam terminologi bahasa Arab bisa diartikan dengan ikhwan. Seperti istilah Ikhwanul Muslimin yang artinya persaudaraan kaum Muslim/umat Islam.

Dengan kata lain, jika seseorang memilki upaya pendekatan diri kepada Allah tidak dilakukan melalui organisasi persaudaraan, maka dia tidak bertarekat, hanya bertasawuf saja.

Banyak contoh sufi yang ajarannya populer di tengah umat Islam, namun tidak bertarekat dikarenakan tidak memiliki konsep ikhwan, organisasi persaudaraan. Sebut saja seperti Rabiah Al Adawiyah, sufi perempuan yang memiliki ajaran mahabbah.

Jadi, seorang sufi, walau diri dan ajarannya populer, tidak disebut bertarekat jika dia tidak memiliki atau masuk dalam organisasi persaudaraan yang memiliki ajaran dan amalan untuk mendekatkan diri kepada Allah.

Baca juga: Manfaatkan Tiga Kondisi Ini Agar Menjadi Pribadi Unggul

Dalam sejarah, khususnya di Indonesia, tarekat sebagai organisasi persaudaraaan pernah membuat penjajah, Pemerintah Hindia Belanda, terancam dan kewalahan untuk menyikapi dan menghadapi gerak dan perkembangannya, terlebih yang melakukan perlawanan fisik. Hal ini dikarenakan loyalitas yang tinggi antar pengikut dengan pimpinan tarekat dan soliditas berdasarkan konsep persaudaraan yang kuat.

Sebelum adanya organisasi Islam modern seperti Muhammadiyah dan NU, maka tarekat di Indonesia menjadi organisasi Islam yang paling memiliki peran dan pengaruh di tengah masyarakat Islam kala itu.

Dan TQN Ponpes Suryalaya yang didirikan oleh Pangersa Abah Sepuh pada tahun 1905 merupakan organisasi Islam modern tertua yang lebih dulu hadir dari Muhammadiyah NU, yang memiliki kelebihan sebagai tarekat atau organisasi persaudaraan.

Dengan kelebihan ini, dalam perjalanannya, TQN Ponpes Suryalaya telah banyak berperan dan berkontribusi dalam mengatasi berbagai persoalan bangsa, utamanya dalam bidang mental dan spiritual, dengan kepemimpinan yang kuat dari Wali Mursyid Pangersa Abah Sepuh dan dilanjutkan oleh Wali Mursyid Kamil Mukkamil, Pangersa Abah Anom.

Baca juga: Ust. Rojaya: 2 Amalan Agar Mendapat Ampunan-Nya

Pangersa Abah Anom sangat paham bahwa kekuatan tarekat ada pada kekuatan persaudaraan. Lemahnya tarekat adalah lemahnya persaudaraan di antara pengikutnya. Maka oleh beliau konsep ikhwan dimunculkan dalam bentuk panggilan, tidak lagi disimpan dalam terminologi tarekat.

Karenanya, kita dapat melihat bukti kekuatan persaudaraan di TQN Ponpes Suryalaya selama Pangersa Abah Anom masih hidup, dan juga kita menjadi saksi adanya upaya-upaya yang sporadis dan juga sistematis dari pihak-pihak tertentu untuk melemahkan persaudaraan yang telah kuat ini, yang berarti juga melemahkan TQN Ponpes Suryalaya, pasca wafatnya Pangersa Abah Anom yang beliau sempat berpesan jelang akhir hayatnya, pesan untuk memperkuat persaudaraan: Wa’tashimuu bi Hablillaah, berpegang teguhlah kamu sekalian dengan tali (agama) Allah.

Akhir kalam, menurut Martin Van Bruinessen (Tarekat Naqsyabandiyah di Indonesia, hal. 16) bahwa setiap tarekat memiliki ikatan seperti keluarga besar, setiap anggotanya beranggapan bahwa diri mereka bersaudara satu dengan yang lainnya (ikhwan). Tanpa ini, tanpa konsep persaudaraan, sepopuler apapun sebuah tarekat, maka dia bukanlah tarekat.

Mari sebagai ikhwan atau akhwat TQN Suryalaya kita kuatkan lagi ikatan persaudaraan kita seperti keluarga besar, kita kuatkan lagi rasa bersaudara di antara sesama kita, jika kita ingin TQN Ponpes Suryalaya tetap menjadi tarekat yang eksis.


Sekarang traktir Tim TQNNEWS gak perlu ribet, sat-set langsung sampe!
Terima kasih ya sudah support kami. Salam cinta penuh kehangatan :)
https://sociabuzz.com/tqnn/tribe
______
Rekomendasi