Isra’ Mi’raj Dalam Maqam Sufistik

Nabi Muhammad Saw pernah diperjalankan oleh Allah dengan perjalanan horizontal dan vertikal

Secara urut ketujuh maqam ini harus dilalui secara tertib, karena dalam setiap perpindahan dari satu maqam ke maqam yang lain sufi akan mengalami perubahan psikis-emosional atau yang biasa disebut dengan hal. Dalam maqam terakhir sufi akan mengalami perubahan hal yang mengagumkan dan itu merupakan derajat tertinggi, yaitu mi’raj (naik ke atas) atau biasa disebut dengan ekstase, mabuk kepayang hingga klimaknya “face to face” dengan Tuhan bahkan menyatu dengan-Nya, atau dalam bahasa Abu Yazid al-Busthami “Allah adalah Aku” dan “Aku adalah Allah”.

Berbagai tindakan amoral yang bergelimang di kanan-kiri kita, mulai dari penindasan masyarakat miskin, kebejatan sebagian pemerintah yang dengan seenaknya ngemplang duit rakyat, hingga penyakit-penyakit sosial lain, kiranya sudah cukup dijadikan bukti betapa absurdnya pakerti manusia modern. Sementara di sisi lain “bayangan fatamorgana kesalehan umat Islam” bertumbuh subur. Banyak orang yang mengenakan jubah, berjenggot, berudeng-udeng ala Rasulullah Saw, mondar-mandir bawa tasbih, tapi hati mereka tak sesaleh pakaiannya. Mungkin orang-orang seperti inilah yang pernah disaksikan oleh Abu Bashir pada abad ke-2 Hijriyah.

Bukankah Imam al-Ghazali sendiri ketika shalat, hanya gara-gara memikirkan persoalan menstruasi, dimata adiknya, Ahmad al-Ghazali, terlihat berlumuran darah. Entah kita tidak bisa membayangkan, anatomi wakil rakyat yang korupsi dan orang yang jual-beli agama demi mempertahankan status quo di mata para ‘Arif billah.

Di tengah-tengah “realitas kusut” ini telah tiba hari besar umat Islam, hari dimana Nabi di Isra’-Mi’rajkan oleh sang Pemilik jagat raya. Ini tentunya momen terbaik bagi umat Islam untuk membersihkan dimensi spiritualnya.

Bernegosiasi dengan Allah

Dalam sejarah isra mi’raj mencatat, bahwa Nabi Saw sempat bernegosiasi dengan Allah dalam urusan jumlah shalat yang di perintahkan-Nya. Hal ini dilakukan oleh yang menyandang gelar Al-Amin ini. Kejadian ini membuktikan bahwa kita selaku hambanya bisa dan boleh saling adu tawar dengan-Nya. Sesungguhnya kita sudah sering adu tawar dengan Allah, salah satunya yaitu dengan seringnya kita memanjatkan do’a kepada-Nya.


Sekarang traktir Tim TQNNEWS gak perlu ribet, sat-set langsung sampe!
Terima kasih ya sudah support kami. Salam cinta penuh kehangatan :)
https://sociabuzz.com/tqnn/tribe
______
Rekomendasi