Abah Anom: Sabar dan Syukur Harus Bergandengan

Meninggalkan yang wajib, haram hukumnya. Syukur dan sabar wajib hukumnya. Bersyukur dan sabar adalah sikap mental yang perlu dilakoni oleh setiap muslim.

Keduanya berjalan berbarengan, sabar dan syukur tidak dapat dipisahkan satu sama lain. Dalam syukur itu ada sabar, dalam sabar ada syukur.

Menjalankan ketaatan dan meninggalkan maksiat adalah aktivitas sepanjang hidup yang memerlukan sikap syukur dan sabar. Ketika taat tanpa syukur, ketaatan itu bisa menjadi beban yang memberatkan. Ketika mengendalikan diri agar tidak maksiat perlu kesabaran. Tanpa kesabaran, tidak ada istiqamah dalam kebaikan, bahkan bisa terjebak dalam kubang kemaksiatan.

Syukur dan sabar juga diterapkan ketika mendapatkan kenikmatan dan musibah. Sebab tiada orang yang tidak mendapat nikmat dan musibah.

Syekh Ahmad Shohibulwafa Tajul Arifin Ra menyebutkan, “sabar dan syukur itu harus ada bergandengan. Ketika mendapatkan musibah kita harus bersabar. Ketika mendapatkan nikmat kita harus bersyukur. Ini akan menguatkan iman. Sangat penting bagi kita merasa masih banyak salah dan kurang (dalam ibadah) baik dzahir maupun bathin,” ungkap beliau dalam kuliah subuh pada tahun 1412 H.

Manusia hidup di dunia, untuk diuji siapa yang paling baik amalnya, siapa yang paling baik menghadapi kehidupan. Kehidupan sekali lagi adalah ujian, yang secara umum ada yang manis, ada yang pahit.

وَلَنَبۡلُوَنَّكُم بِشَيۡءٖ مِّنَ ٱلۡخَوۡفِ وَٱلۡجُوعِ وَنَقۡصٖ مِّنَ ٱلۡأَمۡوَٰلِ وَٱلۡأَنفُسِ وَٱلثَّمَرَٰتِۗ وَبَشِّرِ ٱلصَّٰبِرِينَ

Dan Kami pasti akan menguji kamu dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa, dan buah-buahan. Dan sampaikanlah kabar gembira kepada orang-orang yang sabar, (Al-Baqarah: 155).

Pangersa Abah Anom mengajarkan bahwa respon yang diambil oleh muridnya tidak lepas dari dua hal, yakni syukur ketika mendapat nikmat agar tidak kufur nikmat, dan sabar ketika mendapat musibah agar tidak putus asa dan hilang harapan kepada Allah Swt. Menurut beliau kedua sikap ini akan semakin menguatkan iman.

Iman adalah modal penting mengarungi kehidupan. Salah satu iman itu ialah beriman kepada qadha dan qadar. Sehingga kita tidak terlalu bergembira ketika mendapat nikmat, dan tidak terlalu sedih ketika mendapat musibah.

مَآ أَصَابَ مِن مُّصِيبَةٖ فِي ٱلۡأَرۡضِ وَلَا فِيٓ أَنفُسِكُمۡ إِلَّا فِي كِتَٰبٖ مِّن قَبۡلِ أَن نَّبۡرَأَهَآۚ إِنَّ ذَٰلِكَ عَلَى ٱللَّهِ يَسِيرٞ

Setiap bencana yang menimpa di bumi dan yang menimpa dirimu sendiri, semuanya telah tertulis dalam Kitab (Lauh Mahfuzh) sebelum Kami mewujudkannya. Sungguh, yang demikian itu mudah bagi Allah. (Al-Hadid: 22).

لِّكَيۡلَا تَأۡسَوۡاْ عَلَىٰ مَا فَاتَكُمۡ وَلَا تَفۡرَحُواْ بِمَآ ءَاتَىٰكُمۡۗ وَٱللَّهُ لَا يُحِبُّ كُلَّ مُخۡتَالٖ فَخُورٍ

Agar kamu tidak bersedih hati terhadap apa yang luput dari kamu, dan jangan pula terlalu gembira terhadap apa yang diberikan-Nya kepadamu. Dan Allah tidak menyukai setiap orang yang sombong dan membanggakan diri, (Al-Hadid: 23).

Justru yang perlu dirasakan oleh setiap muslim adalah tidak merasa terlalu bangga dengan amal shalih atau ketaatan yang dilakukan. Tapi juga tidak terlalu merasa pesimis hingga putus asa dari kasih sayang Allah Swt. Ada keseimbangan antara harapan (raja’) dan ketakutan (khauf).

Pesan Pangersa Abah Anom, yakni, “sangat penting bagi kita merasa masih banyak salah dan kurang (dalam ibadah) baik dzahir maupun bathin”, dilakukan dalam konteks mau mengevaluasi diri dan terus memperbaikinya secara dzahir dan batin, agar tidak merasa puas apalagi hingga jatuh dalam keangkuhan spiritual.

Syukur dan sabar bukan hanya menghafal definisinya, karena itu amat mudah. Tapi perlu dilatih dan dibiasakan agar qalbu bisa otomatis settle dengan kondisi yang dihadapi. Yakni bisa syukur dan sabar. Dan alhamdulillah, Ikhwan akhwat TQN Pontren Suryalaya dilatihkan syukur dan sabar dengan mendawamkan dzikrullah yang telah ditalqinkan.

Pangersa Abah Anom menganjurkan muridnya untuk sabar dan syukur juga tiada lain agar selalu berada dalam kebaikan, sebagaimana pesan Baginda Nabi Muhammad Saw.

عَجَبًا لِأَمْرِ الْمُؤْمِنِ، إِنَّ أَمْرَهُ كُلَّهُ خَيْرٌ، وَلَيْسَ ذَاكَ لِأَحَدٍ إِلَّا لِلْمُؤْمِنِ ؛ إِنْ أَصَابَتْهُ سَرَّاءُ شَكَرَ فَكَانَ خَيْرًا لَهُ، وَإِنْ أَصَابَتْهُ ضَرَّاءُ صَبَرَ فَكَانَ خَيْرًا لَهُ

Sungguh ajaib urusan orang mukmin itu. Apa saja yang terjadi itulah yang terbaik untuknya. Dan semua itu hanya ada pada seorang mukmin. Jika mendapat kegembiraan ia bersyukur dan itu yang terbaik untuknya. Dan jika mendapat kesedihan ia bersabar dan itu juga yang terbaik untuknya. (HR. Muslim).


Sekarang traktir Tim TQNNEWS gak perlu ribet, sat-set langsung sampe!
Terima kasih ya sudah support kami. Salam cinta penuh kehangatan :)
https://sociabuzz.com/tqnn/tribe
______
Rekomendasi