Tafsir Manqabah, Firasat Orang Beriman dan Mimpi Yang Benar

Tasawuf bukanlah ilmu pengetahuan biasa. Tasawuf adalah ilmu, ilmu yang harus diamalkan. Dengan amal yang benar dan istiqamah, maka tasawuf akan berbuah pengetahuan, kebijakan dan akhlakul karimah.

Dalam manqabah ke-35 ini dicontohkan beberapa buah dari amaliah terhadap ilmu tasawuf. Ijinkan saya menjelaskan beberapa istilah yang dimaksud. Pertama, Firasat dan pandangan mata hati. Dalam manqabah ini disebutkan saat Syekh Ahmad Kanji berwudhu dan terlintas di hatinya bahwa tarekat Syekh Abdul Qodir Jailani qs lebih disukai daripada tarekat-tarekat lainnya, maka Gurunya yaitu Syekh Abi Ishak Maghribi mengetahui apa yang terlintas dalam hati muridnya tersebut.

اتَّقُوا فِرَاسَةَ الْمُؤْمِنِ ؛ فَإِنَّهُ يَنْظُرُ بِنُورِ اللَّهِ

Dari Abu Sa’id ra berkata, Rasulullah saw bersabda,” Waspadai firasat orang beriman, karena sesungguhnya ia melihat dengan cahaya Allah.” (HR. Tirmidzi).

Al-Hallaj ra berkata,” Hati orang-orang arif memiliki mata yang tidak dapat dilihat oleh pandangan mata biasa.”

Ali bin Abi Thalib ra berkata, Aku melihat Rabb-ku dengan mata hatiku, maka aku berkata, “Tidak ragu lagi Engkau adalah Engkau Tuhanku.” Baca juga…

Syekh Abdul Qadir Jailani qs berkata, “Sesungguhnya matahari di siang hari terbenam karena malam. Adapun matahari hati tidak akan pernah tenggelam (hilang).

Hati merupakan masalah yang sangat penting, karena hati ibarat raja. Bila hati seseorang baik, maka niscaya anggota tubuh lainnya juga menjadi baik. Sebaliknya, bila hati seseorang rusak, maka niscaya anggota tubuh lainnya juga menjadi rusak. Ini disebutkan dalam hadits Nabi saw.

Syekh Abdul Qadir Jailani qs berkata, “Barang siapa yang muraqabah dengan Allah, dalam hatinya (merasa diawasi dan dilihat oleh Allah), maka Allah akan memeliharanya dari berbuat dosa pada anggota tubuhnya.”

Bila hati seseorang baik dan anggota tubuh pun menjadi baik, maka ia akan berkata dan berbuat hal yang baik atau beradab dengan adab yang baik. Syekh Dzunnun Al-Mishri ra berkata, “Sesungguhnya jauhnya seorang hamba dari Tuhannya hanya dikarenakan buruknya adab atau tingkah lakunya.”

Kedua, Mimpi yang benar. Mimpi ada tiga jenis, yaitu: Pertama, Mimpi psikologis. Jika seseorang mengkhayalkan atau menginginkan sesuatu di siang hari, lalu saat tidur bermimpi, maka itu adalah mimpi psikologis.

Kedua, mimpi syetani. Yakni seseorang bermimpi yang menakutkan dan mengerikan yang datangnya dari syetan agar jiwa dan pikiran kita terganggu. Hendaknya kita berdoa dan memohon perlindungan kepada Allah atas mimpi tersebut. Mimpi tersebut tidak mendatangkan bahaya dan abaikan, tidak perlu dipikirkan.

Ketiga, mimpi yang benar atau mimpi petunjuk seperti mimpinya Nabi Ibrahim as, mimpinya Nabi Yusuf as, dan sebagainya. Bila kita bermimpi bertemu atau melihat rasul, nabi, wali, ulama dan orang-orang saleh, maka itu termasuk mimpi yang benar. Demikian dijelaskan dalam Kitab Sirrul Asrar.

Oleh: Rojaya, M. Ag, Ketua Prodi Ilmu Tasawuf Fakultas Dakwah IAILM Pondok Pesantren Suryalaya

#firasat #manqabah #abdulqadir


Sekarang traktir Tim TQNNEWS gak perlu ribet, sat-set langsung sampe!
Terima kasih ya sudah support kami. Salam cinta penuh kehangatan :)
https://sociabuzz.com/tqnn/tribe
______
Rekomendasi