Peliharalah Dirimu dan Keluargamu dari Api Neraka

Allah Swt memerintahkan kepada orang yang beriman agar menjaga serta melindungi diri dan keluarga dari api neraka.

يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُواْ قُوٓاْ أَنفُسَكُمۡ وَأَهۡلِيكُمۡ نَارٗا

Wahai orang-orang yang beriman! Peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka (At-Tahrim: 6).

Ada empat cara yang bisa dilakukan untuk memelihara diri dan keluarga dari api neraka.

Pertama, jauhi keburukan dan lakukan kebajikan, serta menasihati dan mengarahkan keluarga untuk melaksanakan yang ma’ruf dan mencegah hal yang munkar.

Dengan pernyataan lain, bahwa fungsi leadership mesti berjalan, memimpin diri menjauhi kemaksiatan dan menjalankan ketaatan, serta di saat yang sama mengambil tanggung jawab untuk membawa keluarga jauh dari siksa di akhirat.

Ayatnya tidak lantas berkata, peliharalah keluargamu dari api neraka, tapi peliharalah dirimu dan keluargamu. Artinya ada keteladanan di dalam keluarga.

Kedua, ialah lakukan ketaatan kepada Allah, jauhi maksiat dan perintahkan keluarga untuk senantiasa berdzikir mengingat Allah, maka Dia akan menyelamatkan dari api neraka, sebagaimana pendapat Ibnu Abbas ra.

Memelihara diri dan keluarga dengan cara mengajarkan keluarga agar mendawamkan dzikrullah. Karena dzikir mengingat Allah akan membantu manusia selamat dari lalai (ghaflah) yang menjadi sebab utama orang bermaksiat. Baca juga…

Ketiga, mendidik keluarga dengan adab-adab yang baik (agar beradab) dan mengajarkan mereka ilmu. Ini merupakan pendapatnya Ali ra. Cara ini fokus pada pembinaan dan perbaikan akhlak serta pembekalan ilmu.

Menurut Muqatil dan ad Dhahhak bahwa kewajiban setiap muslim ialah mengajarkan keluarganya apa-apa yang Allah wajibkan (hal-hal yang fardhu) dan apa yang dilarang-Nya. Dengan kata lain mengajarkan ilmu-ilmu yang hukumya fardhu ‘ain kepada keluarga.

Keempat, caranya ialah dengan bertaqwa kepada Allah dan mewasiatkan taqwa kepada keluarga. Singkatnya, melarang diri dan keluarga dari apa yang dilarang Allah Swt, serta memerintahkan diri dan keluarga melakukan apa yang Dia perintahkan.

Misalnya jangan sampai memasukkan sesuatu yang belum dipastikan kehalalannya seratus persen ke dalam diri dan keluarga. Sebab makanan yang dikonsumsi akan berdampak besar. Makanan yang halal akan melahirkan ketaatan dan sebaliknya makanan yang haram atau syubhat akan berbuah kemaksiatan. Baca juga…

Dalam sebuah pengajian, Syekh Yusri mengatakan bahwa pendidikan pertama seorang mukmin untuk anaknya adalah memberinya makanan yang halal. Baginda Nabi Saw berwasiat kepada salah satu sahabatnya,

كَعْبُ بْنَ عُجْرَةَ لاَ يَدْخُلُ الْجَنَّةَ مَنْ نَبَتَ لَحْمُهُ مِنْ سُحْتٍ النَّارُ أَوْلَى بِهِ

Wahai Ka’b bin Ujrah, tidaklah masuk surga orang yang dagingnya tumbuh dari sesuatu yang haram, neraka lebih berhak untuknya. (HR. Ahmad).

Ketika barang yang haram masuk ke perut seseorang, maka dia akan melakukan hal yang tidak diridhai Allah, sehingga menjadikan dirinya masuk neraka.

Adapun orang yang senantiasa makan halal dan menjaganya, kata Syekh Yusri, maka dia tidak akan pernah melakukan perkara yang dilarang oleh agama, ataupun ketika Allah menuliskan untuknya sebuah dosa, maka dirinya akan segera tersadar dan bertaubat kepada-Nya.


Sekarang traktir Tim TQNNEWS gak perlu ribet, sat-set langsung sampe!
Terima kasih ya sudah support kami. Salam cinta penuh kehangatan :)
https://sociabuzz.com/tqnn/tribe
______
Rekomendasi