Nasehat Imam Ghazali Untuk Meningkatkan Quality of Life

Sesungguhnya Allah Swt tidak akan mengubah keadaan suatu kaum sebelum mereka mengubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri. (Ar Ra’du ayat 11).

Para ulama ketika membahas ayat ini tidak mengatakan bahwa Allah akan merubah nasib kita jika kita berubah dari buruk menjadi lebih baik, tetapi justru sebaliknya.

Allah tidak akan mengubah kondisi kaum yang tadinya penuh dengan kenikmatan, kebaikan, kesehatan yang prima (‘afiyah) dengan kondisi sebaliknya sampai kaum tersebut merubah diri mereka sendiri. Yakni beralih dari taat menjadi maksiat, bergeser dari baik menjadi jelek, berubah dari maslahat menjadi rusak.

Baca juga: 3 Tahap Bersyukur Menurut Imam Ghazali

Di sisi lain, keimanan terhadap takdir Allah baik dan buruknya bukan berarti mengajak kita menjadi pasrah atau jadi menyalahkan nasib apalagi sampai mencela ketentuan-Nya.

New Year, New Me
Istilah new year, new me di setiap tahun baru selalu digaungkan sebagai tanda hadirnya tekad untuk berubah. Namun tak jarang ungkapan tersebut hanya jadi penghias di setiap awal tahun baru.

Meski begitu, harapan dan prasangka baik tidak boleh beranjak dari dalam qalbu. Namun, sering kali muncul rasa pesimis, buruk sangka, hingga putus asa yang kemudian menjadikan tekad itu berubah. Inilah yang menjadi sebab mengapa mengelola qalbu itu bukan hal yang mudah.

Kegagalan dalam mengelola qalbu bisa membuat seseorang jadi berubah nasibnya sebagaimana digambarkan di atas. Inilah yang membuat Imam Ghazali dalam Minhajul Arifin menyatakan bahwa setiap hamba Allah tidak boleh tidak untuk berniat dalam setiap aktivitasnya baik gerak maupun diam. Karena niat seorang mukmin itu lebih baik dari amalnya sebagaimana disebutkan dalam hadis.

“Tidaklah ada sesuatu yang lebih berat bagi seorang murid (salik) dari menjaga niat (hifdzun niyah),” demikian kesimpulan Hujjatul Islam tersebut.

Ini artinya niat jadi hal yang fundamental untuk mewujudkan new year, new me dan meningkatkan quality of life. Tantangannya ialah bagaimana bisa mengelola niat dalam setiap aktivitas sedangkan niat pasti menyesuaikan situasi dan kondisi. Dan itu bisa melelahkan bahkan sering lupa dan lalainya (ghaflah) ketimbang ingatnya.

Inilah yang menjadikan salik yang telah berbaiat dilatihkan dzikir dengan bimbingan guru Mursyid agar senantiasa ingat kepada Allah Swt dan terbukanya hijab yang menghalanginya tersambung dengan-Nya.

Jika pondasi niat sudah diusahakan, lalu secara teknis aktivitas apa saja yang bisa meningkatkan level kualitas kehidupan?

Pertama, More Meetings and Be More Connected
Melakukan pertemuan dengan lebih banyak orang yang berpotensikan kebaikan bisa mempengaruhi kebaikan dalam kehidupan. Bertemu bisa secara offline dan online.

Bertemu dan belajar lebih banyak dari mereka yang besar pengaruh kebaikannya, mengunduh ilmu dari mereka dalam ilmu dan luas wawasannya. Serta lebih banyak berkolaborasi dan terhubung dengan orang-orang baik.

Kedua, Be More Present and Be More of Service
Semakin banyak yang Anda beri, semakin banyak yang Anda terima. Tidak ada kebaikan yang diabaikan, karena sekecil apapun ada balasannya. Itu sebabnya kenali diri apa yang bisa dilakukan agar lebih bermanfaat dan membawa kemaslahatan.

Lebih banyak hadir untuk melayani sesama dengan ketulusan dan optimal. Hal demikian itu akan membuka peluang bagi pintu kebaikan dan rezeki. Oleh karena itu diperlukan up skilling (meningkatkan skill) atau pun new skill (skill baru) yang sesuai dengan kontribusi positif yang dihadirkan untuk sesama.

Dua hal tersebut di atas pada intinya agar lebih banyak bergerak dan bermanfaat. Rencana-rencana baik jangan hanya dicatat, tapi perlu dieksekusi agar segera ketahuan mana yang bisa diperbaiki dan dikembangkan. Dari sini muncul ungkapan, al harakah barakah yang kira-kira berarti bergerak itu (membawa) berkah.


Sekarang traktir Tim TQNNEWS gak perlu ribet, sat-set langsung sampe!
Terima kasih ya sudah support kami. Salam cinta penuh kehangatan :)
https://sociabuzz.com/tqnn/tribe
______
Rekomendasi