Tidak sedikit yang mempertanyakan. Mengapa dakwah atau ajakan bertasawuf belum muncul dan menyebar pada awal Islam, kecuali setelah era para sahabat dan tabi’in.
Jawabannya, menurut Dr. Ahmad Aloush yang dikutip oleh Syekh Abdul Qadir Isa dalam Haqaiq an At Tashawuf ialah karena di masa awal, tidak ada kebutuhan terhadap dakwah tasawuf.
Alasan utamanya ialah karena orang-orang di zaman tersebut ialah orang-orang yang bertaqwa, wara’, ahli mujahadah, dan senang beribadah kepada Allah disebabkan kedekatan hubungan mereka dengan Rasulullah Saw.
Para sahabat dan tabi’in yang hidup di masa itu selalu berlomba-lomba untuk meneladani Nabi Muhammad Saw. Jadi tidak ada alasan untuk mengajak dan mengajari generasi ini ilmu yang membimbing mereka pada suatu hal yang mereka sudah kerjakan.
Para sahabat dan tabi’in juga meski tidak dinamai sufi atau pengamal tasawuf, sejatinya mereka adalah sufi yang sebenarnya secara praktik.
Apa yang dimaksud dengan tasawuf ini lebih dari bahwa seseorang itu hidup untuk Tuhannya, bukan untuk dirinya sendiri. Tetapi juga menghiasi diri dengan zuhud, selalu menghambakan diri (mulazamatul ubudiyah), selalu menghadap Allah dengan ruh dan qalbunya di setiap waktu.
Baca juga: Sebagaimana Ilmu Tajwid, Ilmu Tasawuf Tidak Bisa Dipelajari Otodidak
Dan kesempurnaan yang dimiliki para sahabat dan tabi’in dalam memperoleh kedudukan ruhani yang tinggi, karena mereka tidak hanya beriqrar dalam keyakinan (‘aqaid al iman) dan menjalankan kewajiban Islam. Melainkan mereka menggabungkan pengakuan (iqrar) dengan rasa (tadzawwuq) dan hati nurani (wijdan). Mereka juga menambahkan ibadah fardhu (al furudh) dengan melakukan segala amal ibadah yang dicintai Rasulullah Saw yang bersifat sunnah (nawafil al ibadat). Serta menjauhkan diri dari segala hal yang makruh (yang dibenci) seperti halnya menjauhkan diri dari yang diharamkan. Demikian pula halnya dengan generasi tabi’in dan tabi’ at tabi’in. Dan ketiga zaman inilah yang disebut sebagai era Islam yang paling cerah dan zaman terbaik.
Sebaik-baik manusia adalah generasi di masaku, generasi berikutnya dan generasi berikutnya (HR. Bukhari dan Muslim).
Ketika dakwah Islam meluas, berbagai bangsa dan ras memasuki dunia Islam, ilmu pun semakin meluas, para ahli kemudian terbagi dalam spesialisasinya masing-masing. Masing-masing para ahli ini kemudian menyusun, menulis dan membukukan atau mengkodifikasi keilmuan yang paling dikuasainya. Maka setelah ilmu nahwu ditulis pada masa awal, muncullah ilmu seperti ilmu fiqih, ilmu tauhid, ulumul hadis, ushuluddin, tafsir, manthiq, musthalah hadis, ilmu ushul, faraidh dan lain sebagainya.
Baca juga: Tasawuf Adalah Intisari Islam
Lalu bagaimana dengan munculnya ilmu tasawuf? Berlalunya waktu setelah periode ini, membuat pengaruh ruhani sedikit demi sedikit terkikis. Orang-orang mulai melupakan perlunya kembali dan menghadap pada Allah dengan penghambaan, dengan qalbu dan semangat serta tekad.
Hal ini mendorong ulama, para ahli riyadhah dan zuhud mengkodifikasi ilmu tasawuf. Serta untuk menetapkan kemuliaan, keagungan, dan keutamaannya di atas ilmu-ilmu lainnya. Kodifikasi ilmu tasawuf di antaranya berfungsi untuk mengisi kekurangan dan melengkapi kebutuhan agama dalam segala aspeknya. Serta bekerja sama dengan ilmu lainnya untuk membuka jalan kebaikan dan ketaqwaan.
#tasawuf #abdulqadir #islam
Terima kasih ya sudah support kami. Salam cinta penuh kehangatan :)
https://sociabuzz.com/tqnn/tribe
______