Berkah atau berkat dalam KBBI dimaknai sebagai karunia Tuhan yang mendatangkan kebaikan bagi kehidupan manusia. Dalam bahasa Arab, barakah ialah an nama’ waz ziyadah was sa’adah yang artinya tumbuh, bertambah dan bahagia.
Sehingga dari sini berkah bisa diartikan tumbuh dan bertambahnya kebaikan yang mengantar pada kebahagiaan.
Kata berkah juga bermakna sesuatu yang mantap. Kolam dinamai “birkah” karena air yang ditampung di dalamnya itu menetap mantap tidak tercecer ke mana-mana.
Ar Raghib Al Asfahany dalam al Mufradat fi Gharibil Qur’an mengatakan bahwa berkah itu adalah tsubut al khair al ilahy fis syai’ (mantapnya kebaikan Tuhan dalam sesuatu).
Keberkahan ilahi sering kali datang tidak diduga dari arah mana, ia tak berwujud secara materi, apalagi diukur dengan menggunakan ukuran material apa pun, namun keberkahan dapat dirasakan. Sebagaimana sabda Nabi Saw, tidak berkurang harta yang disedekahkan.
Keberkahan, menurut Prof. Quraish Shihab adalah satu kualitas yang tidak dapat beralih menjadi kuantitas. Dari sini segala penambahan yang tidak terukur oleh indra dinamai berkah.
Adanya berkah pada sesuatu berarti adanya kebajikan yang menyertai sesuatu itu. Waktu yang berkah artinya dalam waktu tersebut banyak kebajikan yang dapat terlaksana. Padahal di waktu biasa, tidak dapat menampung kebajikan sebanyak waktu yang disertai keberkahan itu.

Jadi keberkahan pada sesuatu itu bisa berbeda satu sama lain. Perbedaan-perbedaan itu sesuai dengan fungsi dari sesuatu yang diberkahi itu.
Kita lihat lebih jauh, berkahnya makanan ialah dalam fungsinya yang bisa mengenyangkan, melahirkan kesehatan, menampik penyakit, mendorong aktivitas positif, mendukung pikiran positif dan lain sebagainya. Sehingga yang dikatakan berkah dalam makanan itu bisa menyentuh berbagai aspek dan fungsi yang terkait dengannya.
Salah satu yang disebut mengandung keberkahan adalah al Qur’an. “Kitab (Al-Qur’an) yang Kami turunkan kepadamu penuh berkah agar mereka menghayati ayat-ayatnya dan agar orang-orang yang berakal sehat mendapat pelajaran.” (Shad: 29).

Misalnya Imam Nawawi yang meski wafat tergolong usia muda (sekitar 40 tahunan) namun memiliki karya yang luar biasa. Keberkahan ilmunya masih kita rasakan hingga hari ini. Seperti Syarh Muslim, Ar Raudhah, Riyadhus Salihin dan lain sebagainya.
Bukan Berarti Mutlak Membatalkan Hukum Sebab Akibat
Meski begitu, keberkahan juga bukan berarti membatalkan hukum Allah atau sebab akibat yang dibutuhkan untuk lahirnya sesuatu. Tetapi Allah menganugerahkan karunia kepada yang akan mendapat keberkahan itu.
Karunia itu berupa kemampuan untuk menggunakan dan memanfaatkan anugerah Allah padanya dengan seefisien dan seoptimal mungkin. Sehingga yang dinamakan keberkahan itu menjadi hadir.
Berkah datangnya dari Allah. Perilaku dan gerak gerik qalbu yang mendekatkan diri pada-Nya dapat mengundang keberkahan.
“Dan sekiranya penduduk negeri beriman dan bertakwa, pasti Kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi, tetapi ternyata mereka mendustakan (ayat-ayat Kami), maka Kami siksa mereka sesuai dengan apa yang telah mereka kerjakan.” (Al A’raf: 96).
Terima kasih ya sudah support kami. Salam cinta penuh kehangatan :)
https://sociabuzz.com/tqnn/tribe
______