Abah Anom Haus Ilmu Sejak Dini, Belajar Hingga ke Luar Negeri
Pendidikan formal Abah Anom tercatat hanya menempuh sampai tingkat SLTP/MTs
Dari tahun 1930 Abah Anom diutus oleh Abah Sepuh untuk melanjutkan pendidikan non-formal ke beberapa pesantren. Berikut penulis paparkan periodisasi pendidikan yang ditempuh oleh Abah Anom:
Tahun 1930 sampai tahun 1933 Abah Anom menuntut ilmu agama Islam ke pesantren-pesantren yang berada di Cianjur. Pesantren Cicariang-Cianjur merupakan pesantren pertama yang didatangi oleh Abah Anom. Di pesantren ini ia belajar ilmu fiqh dari seorang kyai terkenal. Selain belajar ilmu fiqh, di pesantren ini pula Abah Anom mendapat ijazah tulis menulis huruf Arab. Ketika itu, tulis menulis huruf Arab dikenal dengan istilah harupat tujuh. Setelah merasa cukup di Pesantren Cicariang, Abah Anom kemudian melanjutkan belajar fiqh, nahwu, sharaf dan balaghah di Pesantren Jambudwipa, Cianjur.
Tahun 1933 Abah Anom melanjutkan belajar ke Pesantren Gentur Cianjur. Saat itu, Pesantren Gentur diasuh oleh Ajengan Syatibi. Dia dikenal sebagai ulama yang serba bisa. Ilmu fiqh, kalam, tafsir, hadits, maupun ilmu alat merupakan beberapa macam ilmu yang dikuasai Ajengan Syatibi. Di pesantren ini Abah Anom belajar selama dua tahun sampai tahun 1935.
Di pesantren Gentur inilah Abah Anom giat belajar siang dan malam. Ia amat dekat dengan Ajengan, sehingga ia mondok di dapur rumah ajengan tersebut. Siang hari ia berguru kepada Kyai Muda yang merupakan putra Ajengan Syatibi. Sedangkan malam harinya ia berguru langsung kepada Ajengan Syatibi.
Baca juga: Teladani Abah Anom, Civitas Akademika IAILM Ziarah Wali Songo
Setelah dua tahun belajar di Gentur, pada tahun 1935-1937, Abah Anom melanjutkan kegiatan belajarnya di Pesantren Cireunggas, Cimelati, Sukabumi. Saat itu pesantren Cireunggas sangat terkenal, terutama ketika dipimpin oleh Ajengan Atjeng Mumu yang ahli hikmah dan silat. Dari pesantren inilah Abah Anom memperoleh pengalaman dan kecakapan dalam banyak hal, termasuk bagaimana mengelola dan memimpin pesantren. Dia juga belajar silat dan berburu bersama Aki Danu dari Ciaul. Pendidikan silat saat itu nampaknya sangat bermanfaat dipelajari oleh Abah Anom.
Merasa diri masih haus dengan ilmu, Abah Anom melanjutkan menuntut ilmu ke Kaliwungu, Kendal, Jawa Tengah, kemudian ke Bangkalan Madura bersama H. A. Dahlan dan KH. Pakih dari Talaga (Asep Salahudin: 2013). Dua pesantren ini rupanya digunakan oleh Abah Anom untuk mematangkan spiritualnya dengan selalu melaksanakan riyadhah dan ziarah sesuai dengan arahan dari ayahnya, KH. Abdullah Mubarok.
Terima kasih ya sudah support kami. Salam cinta penuh kehangatan :)
https://sociabuzz.com/tqnn/tribe
______