Jangan Kamu Lengah

Tidak ada manusia yang bisa hidup sendirian. Itu sebabnya manusia disebut sebagai makhluk sosial. Sudah seyogyanya manusia dengan manusia lain saling menjalin hubungan, berinteraksi dan bekerjasama untuk tujuan tertentu demi kemaslahatan bersama.

Namun sering kali, perbedaan yang ada antar manusia satu dengan yang lainnya menjadi hambatan bahkan jika tidak disikapi secara baik menjadi pemicu permusuhan bahkan pertikaian.

Padahal perbedaan adalah keniscayaan. Sesuatu yang tak terhindarkan dalam kehidupan. Tuhan tak menciptakan manusia itu sama. Saudara kembar pun ada bedanya. Begitu nyata perbedaan yang ada, mulai dari jenis kelamin, warna kulit, agama, suku, bahasa dan lain sebagainya. Hidup berdampingan bukan lagi pilihan tapi sudah menjadi kebutuhan. Baca juga…

Hidup berdampingan menuntut adanya interaksi sosial yang baik dan sehat. Menjaga keharmonisan dengan sesama mutlak diperlukan. Dalam rangka merawat keharmonisan itu, Islam mengecam siapa yang abai terhadap saudaranya yang membutuhkan atau pun melalaikan kepentingan bersama.

Keislaman seseorang pun bukan terletak pada banyaknya ritual ibadah yang dilakukan, tapi dimulai dari kesadaran bahwa manusia hidup memiliki peran dan fungsi secara individu sekaligus fungsi secara kolektif. Fungsi secara kolektif itu mesti berjalan agar ketahanan ideologi sosial, ekonomi, sosial-budaya, dan pertahanan keamanan bisa terwujud.

Secara aplikatif predikat seorang muslim tidak lah cukup. Kita adalah ummatan washata sebagaimana dinyatakan Al Qur’an. Demikian juga fungsi sebagai warga negara tidaklah cukup, karena di saat yang sama sebagai bangsa Indonesia. Bagaimana menjadi bukan hanya muslim yang baik atau warga yang baik, tapi juga umat terbaik dan bangsa yang kokoh.

Islam sebagai agama rahmatan lil’alamin tidak melarang adanya perbedaan, yang dikecamnya ialah perpecahan. Justru Islam mendorong pemeluknya untuk saling mengenal satu sama lain.
Karena persaudaraan dalam Islam tidak hanya sebatas persaudaraan seagama tapi juga persaudaraan sekemanusiaan. Baca juga…

Mengenal kelebihan, kekurangan, kekuatan, potensi, peluang serta keistimewaan masing-masing. Dengan saling mengenal akan tumbuh keterbukaan, toleransi dan potensi untuk saling bekerja sama dan membangun solidaritas sosial.

وَتَعَاوَنُوا۟ عَلَى ٱلۡبِرِّ وَٱلتَّقۡوَىٰۖ وَلَا تَعَاوَنُوا۟ عَلَى ٱلۡإِثۡمِ وَٱلۡعُدۡوَ ٰ⁠نِۚ وَٱتَّقُوا۟ ٱللَّهَۖ إِنَّ ٱللَّهَ شَدِیدُ ٱلۡعِقَابِ

Dan tolong menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan taqwa, dan jangan tolong menolong dalam berbuat dosa dan permusuhan (Al-Ma’idah: 2).

Ayat tersebut tidaklah membatasi saling tolong menolong dengan yang seagama tapi dengan siapa saja. Karena memang manusia perlu bekerja sama dan berkolaborasi untuk memenuhi aneka kebutuhannya. Manusia tidak bisa sendirian menyelesaikan problem sosial, problem lingkungan, problem ekonomi dan problem kehidupan lainnya.

Terlebih di tengah pandemi yang masih merebak. Kabar duka dari sanak saudara, tetangga, hingga guru-guru tercinta menghiasi layar media sosial kita. Jumlah peningkatan kasus Covid 19 yang terus meninggi ini, membuat semua orang kembali waspada. Pemerintah pun telah menerapkan PPKM (Pemberlakukan Pembatasan Kegiatan Pemerintah) Darurat sejak tanggal 03 Juli hingga 20 Juli mendatang.

Mengikuti anjuran para ahli dengan menerapkan protokol kesehatan dan mengikuti PPKM dari pemerintah bukan hanya demi kepentingan keselamatan pribadi tapi keselamatan bersama. Tiada lain demi menekan angka penularan virus covid 19 yang demikian tajam dengan angka kematian yang tinggi. Maka mengikuti PPKM, menerapkan prokes serta mengikuti program vaksinasi dari pemerintah termasuk upaya saling tolong menolong paling prioritas saat ini.

Secara prinsip sebetulnya, Nabi Saw telah mengabarkannya kepada kita empat belas abad silam. Beliau bersabda: “Tidak boleh melakukan perbuatan yang bisa membahayakan diri sendiri dan membahayakan orang lain” (HR. Ibnu Majah).

Tanpa bekerja sama sulit keluar dari kondisi yang amat memprihatinkan ini. Justru di saat seperti ini, kita harus menyadari bahwa siapa pun berpotensi membahayakan orang lain jika abai terhadap protokol kesehatan. Oleh karenanya, ghaflah atau pun lalai bisa membahayakan orang lain bahkan orang terdekat kita. Allah Swt senantiasa mengingatkan dalam firman-Nya:

وَلَا تَكُن مِّنَ ٱلۡغَٰفِلِينَ

dan janganlah kamu termasuk orang-orang yang lengah. (Al-A’raf: 205).


Sekarang traktir Tim TQNNEWS gak perlu ribet, sat-set langsung sampe!
Terima kasih ya sudah support kami. Salam cinta penuh kehangatan :)
https://sociabuzz.com/tqnn/tribe
______
Rekomendasi