Ini Lima Tanda Kamu Sudah Futuh dalam Dzikir
Bila dzikir terasa belum nikmat dan lezat, maka jiwanya yang harus dievaluasi atau diterapi
Futuh adalah ketersingkapan, kemenangan, kesuksesan, terbukanya mata hati dan terbukanya hati dan pikiran.
Syekh Ahmad Shohibulwafa Tajul ‘Arifin ra dalam Miftahus Shudur juz 2, hlm. 19 menjelaskan,”Dzikir itu aslinya lezat dan manis. Jika Kita didominasi atau diliputi oleh dzikir (banyak dan sering berdzikir), maka akan muncul khusyu’, dumu’ (meneteskan air mata), terbakar dan tenggelam. Itulah tanda futuh.”
Tanda Futuh dalam dzikir merujuk dari uraian di atas ialah:
Pertama, dapat merasakan kelezatan dan kenikmatan dzikir. Pertanyaannya, mengapa kadang kita tidak atau kurang merasakan kelezatan dan kenikmatan dzikir? Dzikir itu makanan ruhani. Rasa dzikir itu lezat dan nikmat bagi jiwa. Bila dzikir terasa belum nikmat dan lezat, bahkan terasa tidak enak, maka jiwanya yang harus dievaluasi atau diterapi.
Ibarat buah mangga yang segar dan manis, bila dimakan oleh orang yang sakit sariawan atau sakit gigi, maka kelezatannya bisa terhalang oleh rasa sakitnya. Masalahnya bila demikian bukan pada buahnya yang tidak lezat dan nikmat, namun pada keadaan bibir atau gigi yang sedang sakit. Teruslah diperbanyak makan buah-buahan sampai sakitnya menjadi sembuh, sehingga saat memakan buah-buahan yang nikmat dan lezat, demikianlah rasanya saat disantap. Demikian juga dengan rasa dzikir, maka teruslah berdzikir walau tidak ada rasa atau rasanya enggak enak bagi jiwa, sampai jiwanya dapat merasakan lezat dan manisnya dzikir.
Baca juga: Ini Maklumat Abah Anom Jika Ikhwan Memperoleh Miftahul Ghaib
Kedua, khusyu’. Bila dzikir sudah dirasakan lezat dan manis, maka dzikirnya akan lebih khusyu’. Dzikir jahar ibarat khalwat, memejamkan mata sehingga tidak memandang apapun, menjadi gelap dan kosong. Lisan melantunkan dzikir dengan semangat. Telinga mendengar lantunan dzikir. Jiwa merasakan lezat dan manisnya dzikir. Qalbu berupaya mengimbangi dengan dzikir khafiy. Pikiran tertuju pada Allah sebagai tujuan dzikir. Tubuh diam tenang. Kepala bergerak sesuai aturan, dari bawah pusar ke atas menuju otak, lalu turun ke bahu kanan, terus turun ke hati sanubari. Khusyu’ badan dan khusyu’ qalbu.
Ketiga, dumu’ (Meneteskan air mata). Bila dzikir sudah khusyu’, maka pukulan dzikir ibarat cangkul menghantam tanah pada kedalaman tertentu sehingga mengalirkan air yang tak terbendung. Tentu keluarnya air tersebut dipengaruhi juga oleh kesuburan dan ketandusan tanah, namun jika terus digali sampai dalam insya Allah akan keluar air. Pukulan dzikir yang terus-menerus pada qalbu akan mengeluarkan air mata. Bila kemudian di waktu lain, mata kering lagi tidak bisa menangis, mungkin kita telah menutup kembali sumur tersebut dengan tanah, sehingga urugan tanah tersebut harus digali lagi, dan seterusnya. Urugan tanah dalam sumur qalbu ialah dosa-dosa yang Kita lakukan yang harus dibersihkan.
Terima kasih ya sudah support kami. Salam cinta penuh kehangatan :)
https://sociabuzz.com/tqnn/tribe
______