Wejangan Pangersa Abah, Cara Deteksi Penyakit Hati Sejak Dini

“Perhitungkan terus diri kita, apakah lebih banyak dzikirnya atau lupanya. Jika lebih banyak lupanya (tidak berdzikir), maka penyakit hati akan menguasai diri kita dan akan mencelakakan kita dan keluarga kita. Segeralah perbanyak dzikir, usahakan waktu kita dalam sehari itu lebih banyak yang digunakan/diisi dengan dzikir. Karena dzikir adalah obat penyakit hati,” demikian wejangan Pangersa Abah Anom di bulan Syawal 1403 H yang dikutip dari LDTQN Pontren Suryalaya.

KH. Ahmad Shohibul Wafa Tajul Arifin qs mengajak diri kita untuk senantiasa meneladani sifat-sifat Allah Swt. Salah satu sifat -yang juga menjadi nama-Nya- dan kita teladani ialah Al Muhsi (Yang Maha Memperhitungkan). Menurut beliau, kita perlu memperhitungkan diri, apakah lebih banyak dzikirnya atau justru lebih banyak lupa atau lalainya.

Memperhitungkan antara dzikir dan ghaflah tiada lain bertujuan untuk menarik kebaikan dan mencegah keburukan. Pangersa Abah Anom memberikan perhitungan yang menarik dan bisa menjadi rujukan kita bersama, yakni tatkala dzikirnya lebih sedikit daripada lupanya maka dampaknya ialah timbulnya penyakit hati yang akan menguasai diri kita.

Baca juga: Wejangan Abah Anom Agar Tidak Terpesona Dunia

Hal ini sebagaimana diisyaratkan oleh hadis yang dikutip beliau dalam kitab Miftahu As Shudur li At Tabarruk fi Thariq Ar Rabb Al Ghafur.

Dzikrullah itu tanda iman, bebas dari sifat kemunafikan, benteng dari setan, dan tameng dari api neraka. (HR. Thabrani)

Dengan banyak berdzikir (mengingat, menyebut, merasakan kehadiran Allah) maka iman semakin kuat, kemunafikan akan sirna, serta selamat dari godaan dan tipu daya setan, serta terlindungi dari panasnya api neraka. Sebaliknya, jika diri lebih banyak lalainya dari dzikrullah, imannya dapat melemah, kemunafikan yang merupakan penyakit hati akan semakin mengakar, setan dapat menguasai diri dan mempengaruhi keburukan yang pada akhirnya membuatnya tergelincir ke dalam jurang api neraka.