Umat Islam dikendalikan oleh prinsip tawhid Laa ilaaha illAllaah sehingga tidak memiliki ilaah lain kecuali Allah. Mereka memiliki jiwa merdeka dari penghambaan dan penyembahan terhadap segala makhluk.
Tawhid, selain membentuk sifat taqwa kepada Allah, juga menumbuhkan sifat adil terhadap segala makhluk.
Peradaban manusia tidak lepas dari perbedaan kelas, ada elite ada grass root, ada borjuis ada proletar, ada penguasa ada rakyat, ada cendekiawan ada awam, ada kaya ada miskin. Namun, nilai inti kemanusiaan bukan pada pencapaian, atau penempatan, terhadap kelas-kelas tersebut, tetapi pada iman dan amal shalih.
Makna shalih adalah appropriate, ketepatan, kecocokan, keseimbangan dengan nilai-nilai kebenaran, kebaikan dan kemanfaatan. Jadi sangat ijtihadiy sekali.
Termasuk dalam keshalihan itu adalah pilihan-pilihan politik. Dalam sistem politik demokrasi pilihannya berupa pilihan ke parpol. Dalam sistem politik kerajaan atau kediktatoran pilihannya berupa ikut di dalam atau mengawasi dari luar.
Jelang pilkada serentak pada 9 Desember kita akan menentukan pilihan. Pilihan yang sesuai hati nurani. Bukan pilihan berdasarkan hawa nafsu.
Namun, kembali kepada konsekuensi dari ketawhidan adalah taqwa dan adil, maka apa pun pilihan-pilihan politik yang dibuat seseorang semestinya dilandasi dengan berdasarkan pada taqwa dan adil tersebut, bukan semata pada kemenangan dan penguasaan, apalagi dengan prinsip zero sum game.
(KH. Wahfiudin Sakam, Wakil Talqin TQN Pontren Suryalaya)
Terima kasih ya sudah support kami. Salam cinta penuh kehangatan :)
https://sociabuzz.com/tqnn/tribe
______