Perbedaan Filosofi Penyebaran TQN Pontren Suryalaya

Para pasien sekaligus murid tarekat ini dibina dan disadarkan dengan pendekatan sufi

Diantara kekhasan Tarekat Qadiriyah-Naqsyabandiyah kemursyidan Tasikmalaya adalah filosofi penyebaran ajarannya. Pada umumnya kaum muslimin pengikut paham Ahlu Sunnah wal jama’ah (sunni) dan pengikut Tarekat Qadiriyah Naqsyabandiyah khususnya berkeyakinan bahwa seorang yang memasuki dunia tasawuf atau tarekat “dipersyaratkan” telah memiliki ilmu dan amaliah syariat yang mantap.

Tarekat umumnya dianggap sebagai tahapan dan tingkatan kehidupan keagamaan di atas tahapan syariah. Oleh karena itu kebanyakan pengikut tarekat di luar kemursyidan Suryalaya adalah mereka yang telah mengenal ilmu syariah dengan baik, atau sekurang-kurangnya telah menjalankan perintah agama dengan tertib.

Berbeda dengan filosofi kemursyidan-kemursyidan yang lain, filosofi dakwah (penyebaran ajaran) kemursyidan Suryalaya adalah bahwa seseorang dapat memeluk agama Islam dengan baik dan benar manakala telah diperkuatkan ajaran tauhid atau imannya terlebih dahulu, bukan ajaran syari’ah atau Islam. Orang harus mengenal dan cinta terlebih dahulu dengan Tuhan, baru kemudian dia akan mudah melaksanakan syari’ah, melakukan ketentuan-ketentuan Tuhan.

Berdasarkan logika ini, kemursyidan Suryalaya dapat menerima anggota baru yang sama sekali awam dalam bidang ilmu dan amal-amal keislaman. Bahkan para remaja yang sudah sangat rusak moralnya akibat penyalahgunaan obat-obat terlarang diajarkan pula untuk mengamalkan ajaran tarekatnya.

Baca juga: Apa Yang Dimaksud dengan Dakwah TQN?

Mengamalkan ajaran tarekat dengan baik, khususnya dzikir, akan membuka kesadaran seseorang untuk dapat mengamalkan syari’ah dengan baik, meskipun udak mengerti banyak tentang ilmu keislaman. Itu adalah buahnya (tsamrah) dzikir setelah mendapat pengetahuan dari Tuhan (ma’rifah) dan cinta Tuhan (mahabbah). Oleh karena buahnya dzikir pula di dalam diri seseorang terjadi penyucian jiwa (tazkiyat al-nafsi). Jiwa yang suci akan meringan seseorang dapat melaksanakan syari’ah Allah.

Mengenal dan cinta kepada Allah adalah kunci kebahagiaan hidup. “Mengenal Allah adalah permulaan orang beragama,” demikian keyakinan para sufi. Kebenaran logika ini telah terbukti secara empiris bahwa orang-orang yang telah diperkenalkan dengan Tuhan dan diajari (ditalqin) menyebut Asma Allah berubah menjadi manusia yang berkepribadian baik. Karenanya dapat dimaklumi jika sejak tahun 1971 Abah Anom sering mendapat titipan anak (remaja) yang sedang mengalami kelainan jiwa untuk dibina dengan metode tarekat. Maka dari itu beliau akhirnya mendirikan pondok remaja Inabah sebagai laboratorium psikoterapi Tarekat Qadiriyah-Naqsyabandiyah.

Para pasien sekaligus murid tarekat ini dibina dan disadarkan dengan pendekatan sufi. Mereka diajak melakukan pembersihan jiwa (tazkiyat al-nafsi) agar muncul kesadaran diri (self conciousness). Hasilnya kelihatan, sikap mental dan perilaku mereka yang semula destruktif berubah menjadi konstruktif. Tanggapan dan sambutan masyarakat pun cukup baik terhadap berdirinya pondok remaja itu.

Dikutip dari buku Inabah: Jalan Kembali dari Narkoba, Stres & Kehampaan Jiwa oleh Dr. Kharisudin Aqib, M.Ag. []


Sekarang traktir Tim TQNNEWS gak perlu ribet, sat-set langsung sampe!
Terima kasih ya sudah support kami. Salam cinta penuh kehangatan :)
https://sociabuzz.com/tqnn/tribe
______
Rekomendasi