Mengambil Berkah dengan Berziarah ke Makam Aulia dan Shalihin

Secara bahasa tabarruk artinya thalab al barakah yakni mencari atau meminta berkah. Berkah memiliki pengertian an nama’ waz ziyadah yakni tumbuh dan bertambah. Ar Raghib al Ashfahani mengatakan bahwa berkah itu ialah;

ثبوت الخير الإلهي في الشيء

Tetapnya kebaikan Tuhan pada sesuatu.

Syekh Ali Jum’ah berkata bahwa seorang muslim berkeyakinan bahwa Allah lah sumber berkah. Dialah yang memberkahi segala sesuatu, tidak ada berkah yang timbul sendiri dari diri makhluk karena berkah itu berasal dari Allah Swt.

Dengan kalimat lain Allah Swt bebas memilih untuk memberkahi siapa saja atau apa saja sesuai kehendak-Nya. Beliau memilih berdasarkan kebijaksanaan-Nya. Misalnya beliau memberkahi waktu-waktu tertentu, tempat-tempat tertentu atau orang-orang tertentu seperti memilih para nabi, keluarga nabi, para auliya dan orang-orang shalih. Baca juga…

Sayyid Muhammad bin Alwi al Maliki mengatakan bahwa banyak orang masih salah dalam memahami hakikat tabarruk dengan nabi, dengan peninggalan dan bekasnya (atsar-nya), dengan ahlul baitnya, serta dengan pewarisnya yakni para ulama dan aulia.

ينبغي أن نعلم أن التبرك ليس هو إلا توسلا إلى الله سبحانه وتعالى بذلك المتبرَّك به سواء أكان أثرا أو مكانا أو شخصا

Ulama ahlussunnah wal jamaah ini menyatakan seyogyanya kita menyadari bahwa tabarruk itu tidak lain merupakan bentuk tawassul kepada Allah Swt melalui sesuatu yang dijadikan wasilah untuk bertabarruk itu baik itu berupa jejak atau bekas, tempat atau pun manusianya. Lebih lanjut beliau menjelaskan bahwa;

أما الأعيان فلاعتقاد فضلها وقربها من الله سبحانه وتعالى مع اعتقاد عجزها عن جلب خير أو دفع شر إلا بإذن الله. وأما الآثار؛ فلأنها منسوبة إلى تلك الأعيان، فهي مشرّفة بشرفها، ومكرّمة ومعظّمة ومحبوبة لأجلها. وأما الأمكنة؛ فلا فضل لها لذاتها من حيث هي أمكنة، وإنما لما يحل فيها ويقع من خير وبر؛ كالصلاة والصيام وجميع أنواع العبادات مما يقوم به عباد الله الصالحون؛ إذ تتنزل فيها الرحمات، وتحضرها الملائكة وتغشاها السكينة، وهذه هي البركة التي تطلب من الله في الأماكن المقصودة

Adapun (tabarruk) dengan orang-orang terpandang, yakini keutamaannya itu dari Allah dan karena kedekatannya dengan-Nya. Sambil meyakini bahwa orang tersebut tidak mampu menarik maslahat atau pun menolak mudarat kecuali atas izin Allah.

Sementara (tabarruk) dengan jejak atau bekas (atsar) harus dipahami bahwa ia dinisbatkan kepada seseorang. Jejak, bekas atau peninggalan itu menjadi mulia karena kemuliaan orangnya, teragung dan dicintai karena kehormatan orangnya.

Sedangkan (tabarruk) dengan tempat, maka tiada keutamaan dari sisi tempatnya itu sendiri. Tapi lantaran tempat itu digunakan untuk kemanfaatan dan kebaikan seperti shalat, puasa dan seluruh jenis ibadah yang dikerjakan oleh hamba-hamba Allah yang shalih, maka rahmat akan turun di tempat itu, para malaikat turut hadir dan ketenangan batin menyelimuti. Dan inilah keberkahan dari Allah yang diharapkan di tempat-tempat yang dimaksud.

Kisah Ngalap Berkah di Makam Shalihin

Sayyid Abdullah as Shiddiq al Ghumari dalam karyanya Ithaful Adzkiya’ bijawazit Tawassul bil Anbiya’ wal Auliya’ menukil kisah keberkahan di makam orang shalih.

Al Khatib meriwayatkan dari Ibrahim al Harbi, salah satu ulama hadis, bahwa ia berkata: “makam Ma’ruf al Karkhi merupakan tempat yang mujarab untuk berdoa”

Dari Ubaidillah bin Abdurrahman bin Muhammad al Zuhri, al Khatib juga meriwayatkan bahwa Ubaidillah berkata: “Aku mendengar ayahku berkata bahwa makam Ma’ruf al Karkhi mujarab untuk memenuhi hajat”. Ada juga yang mengatakan bahwa siapa yang membaca surah al Ikhlas di makam Ma’ruf al Karkhi seratus kali kemudian memohon kepada-Nya maka Allah Swt akan memenuhi keinginannya. Baca juga…

Dari Abu Abdillah al Mahamili, salah satu ulama hadis, al Khatib meriwayatkan bahwa al Mahamili berkata: “Aku sudah mengetahui makam Ma’ruf al Karkhi sejak empat puluh tahun yang lalu. Setiap ada orang yang memiliki masalah dan mendatanginya maka Allah akan selesaikan masalahnya.”

Dari Ali bin Maimun, al Khatib meriwayatkan bahwa Ali berkata: “Aku mendengar Imam Syafi’i ra berkata:

إني لأتبرك بأبي حنيفة وأجيء إلى قبره فى كل يوم فإذا عرضت لي حاجة صليت ركعتين وجئت إلى قبره وسألت الله تعالى الحاجة عنده فما تبعد عني حتى تقضى

“Sesungguhnya aku mengambil berkah dari Abu Hanifah. Aku mendatangi makamnya setiap hari. Jika aku mempunyai suatu hajat, aku shalat dua rakaat lalu aku datang ke makamnya berdoa kepada Allah supaya memenuhi hajatku. Tidak lama setelah aku melakukan itu, hajatku pun terkabul.”

Ziarah secara umum disyariatkan dalam Islam, terutama ziarah ke makam orang-orang shalih sebagaimana ungkapan Imam Ghazali dalam Al Ihya yang mengatakan;

زيارة القبور مستحبة على الجملة للتذكر والاعتبار وزيارة قبور الصالحين مستحبة لأجل التبرك مع الاعتبار

Ziarah kubur disunnahkan secara umum dengan tujuan untuk mengingat (kematian) dan mengambil iktibar, dan berziarah ke makam orang-orang shalih disunnahkan dengan tujuan untuk tabarruk (mendapatkan berkah) serta pelajaran.


Sekarang traktir Tim TQNNEWS gak perlu ribet, sat-set langsung sampe!
https://sociabuzz.com/tqnn/tribe
Terima kasih ya sudah support kami. Salam cinta penuh kehangatan :)
______
Rekomendasi