Membentuk Manusia Seutuhnya

Pembangunan manusia seutuhnya merupakan suatu keharusan yang tidak dapat diabaikan

Pembangunan yang kita laksanakan tidaklah hanya bertumpu pada pembangunan fisik materil, tetapi juga pembangunan mental spiritual. Pembangunan yang mengutamakan keseimbangan tersebut merupakan cara yang paling tepat untuk membentuk suatu masyarakat yang adil dan makmur, masyarakat yang memperoleh kemajuan-kemajuan yang tinggi disertai ketenangan dan ketentraman lahir serta batin.

Agar dapat membentuk masyarakat yang dicita-citakan itu, maka pembangunan manusia seutuhnya merupakan suatu keharusan yang tidak dapat diabaikan atau ditunda-tunda.

Manusia, sebagaimana kita ketahui, terdiri dari dua unsur yaitu jasmani dan rohani, keduanya harus mendapatkan penjagaan dan perawatan yang sama. Rohani dan jasmani manusia merupakan satu kesatuan yang tidak boleh dicerai-pisahkan. Keduanya saling terkait dan berkelindan, bila rusak salah satunya, maka rusak pula yang lain.

Baca juga: Sufi dan Mekanisme Keseimbangan

Manusia dalam kehidupannya di dunia ini tidak bisa dilepaskan dari kebutuhan jasmani dan rohaninya. Kebutuhan jasmani atau fisik manusia berupa sandang, pangan dan perumahan, juga kebutuhan lain. Seperti kesehatan, olah raga dan sebagainya. Kebutuhan rohani dan mentalnya terdiri dari ilmu pengetahuan, pengalaman kejiwaan dan agama.

Kedua kebutuhan itu sangat diperlukan setiap diri manusia, karena itu bila ia tidak memperolehnya atau kebutuhannya tidak terpenuhi maka hidupnya akan merana, megalami kegoncangan-kegoncangan dan kerusakan. Manusia yang bertakwa kepada Allah Swt selalu menjalani kehidupan yang seimbang, baik dalam kehidupan duniawi ataupun kehidupan ukhrawi.

Manusia muslim selalu diarahkan agar selalu berusaha untuk memperoleh kebahagiaan di dunia, namun tidak melupakan akhirat. Keseimbangan seperti itu tergambar dalam doa yang selalu diucapkan:

رَبَّنَآ ءَاتِنَا فِي ٱلدُّنۡيَا حَسَنَةٗ وَفِي ٱلۡأٓخِرَةِ حَسَنَةٗ وَقِنَا عَذَابَ ٱلنَّارِ

“Ya Tuhan kami, berilah kami kebaikan di dunia dan kebaikan di akhirat dan peliharalah kami dari siksa neraka”. (Al-Baqarah: 201).

Baca juga: Abah Anom, Inabah dan Pembangunan Nasional

Agar dapat memperoleh kehidupan yang seimbang dan serasi kita diperintahkan agar menghargai waktu. Sesungguhnya amat merugi dan tercela manusia yang kosong dari aktivitas kehidupan dunia dan akhirat. Manusia yang menyia-nyiakan waktu akan mengalami kerugian yang sangat besar dalam segala kehidupannya. Kerugian itu tidak akan dapat ditebus atau dihapuskan untuk selama-lamanya.


Sekarang traktir Tim TQNNEWS gak perlu ribet, sat-set langsung sampe!
https://sociabuzz.com/tqnn/tribe
Terima kasih ya sudah support kami. Salam cinta penuh kehangatan :)
______
Rekomendasi