In Memoriam, KH. Abdul Rosyid Effendi, BA.

Tahun 1978 keluarga kecil Kyai Muda Effendi dan Umi Ida Saodah pindah dari Prumpung ke Komplek Perumahan Karyawan BAKIN di Pasar Minggu. Tiga tahun kemudian keluarga tersebut diberikan kemampuan membeli sebuah rumah tidak jauh dari Komplek BAKIN. Rumah itulah yang hingga kini menjadi pusat kegiatan dakwahnya.

Tahun 1979, Kyai Effendi yang masih aktif di BAKIN mendapat kepercayaan dari Kepala BAKIN untuk memantau perkembangan belajar salah satu putranya yang sedang mondok di Pondok Pesantren Suryalaya Tasikmalaya. Berkah tugas inilah, kemudian Kyai Effendi dipertemukan oleh Allah SWT dengan salah seorang wali-Nya, yakni Syaikh Ahmad Shahibul Wafa Tajul ‘Arifin atau yang lebih dikenal dengan Abah Anom. Pada tahun itu juga Kyai Effendi diberi talqin dzikir Thariqah Qadiriyah Naqsyabandiyah (TQN) oleh Abah Anom.

Hari-hari Kyai Effendi sejak saat itu mulai diselimuti oleh rasa bahagia tiada terkira. Lisan dan qalbunya perlahan-lahan mulai mendawamkan ingatan kepada Allah SWT. Bimbingan Wali Mursyid begitu terasa dan sangat intensif. Kyai Effendi tidak ingin kebahagiaan yang dirasakannya hanya dinikmati sendiri. Perlahan beliau mulai berdakwah thariqah di lingkungan keluarga, warga dan kantornya. Rombongan demi rombongan ia antar ke Pondok Pesantren Suryalaya untuk belajar dzikir dari Abah Anom.

Berkah khidmah Kyai Effendi kepada Abah Anom, perhatian Abah Anom kepada beliau sangat besar. Setiap berkunjung ke Ponpes Suryalaya selalu Abah Anom mengajak makan di ruang makan pribadinya, bahkan langsung memberikan makanan-makanan yang tersaji untuk Kyai Effendi dan istrinya. Kedekatan ini mengundang pertanyaan besar dari murid-murid senior Abah Anom. Pasti ada sesuatu di balik itu.

Pernah suatu waktu Kyai Efendi berkunjung kepada Abah Anom di hari Jum’at. Saat itu beliau belum mendapatkan khirqah sebagai wakil talqin. Tiba-tiba Abah Anom memberikan ghamis berwarna biru kepada Kyai Effendi. Sambil mengenakan ghamis itu, Abah Anom berkata, “Kyai, hari ini jadi khatib, ya di Masjid!”

16 Oktober 1994, KH. Abdul Rasyid Effendi, BA bersama 14 orang muballigh lainnya diangkat dan dikukuhkan menjadi Wakil Talqin TQN Suyalalaya. Diantara yang diangkat menjadi Wakil Talqin seangkatan dengan beliau adalah KH. Zezen Zaenal Abidin Bazul Asyhab dari Sukabumi, Prof. DR. Juhaya S. Praja dari Bandung, KH. Arif Ichwani dari Bandung, Syaikh Abdul Latif Deli dari Medan, KH. Ahmad Jahri Anwar dari Pekalongan, Drs. H.M. Thoha Abdurrahman dari Yogyakarta dan lain-lain.

Sejak hari bersejarah itu, tugas berat mulai menggelayut di pundak Kyai Effendi. Kewajiban membantu Wali Mursyid memberikan pembinaan kepada ikhwan-akhwat TQN Suryalaya di DKI Jakarta telah menantang. Ini sesuatu yang surprise bagi Kyai Effendi dan keluarga. Tidak ada pemberitahuan pendahuluan sebelumnya. Semua terkejut. Bahkan orang-orang dekat Kyai Effendi di BAKIN, seperti Jenderal Yoga Soegama dan Hadi Saiful Anwar kaget campur haru, tidak menyangka Kyai Effendi diberi amanah yang begitu besar. Demikian juga keluarga, mereka semua tidak ada yang tahu. Sehingga anak dan menantu tertuanya, Hj. Herlina Susanty dan H. Muhammad Usman baru menyusul keesokan subuh ke Ponpes Suryalaya setelah mendengar berita pengangkatan tersebut.

Di balik itu semua, ternyata ada cerita menarik. Sebelum pengangkatan terjadi, Aki Anta, murid senior Abah Anom menghadap kepada Abah Anom dan berkata, “Abah, tadi malam saya mimpi, Abah Sepuh menuntun Pak Effendi”.

Lalu Abah Anom menjawab, “Miheulaan wae, Maneh!” (artinya, mendahului terus, kamu tuh!).

Lalu Aki Anta berkata lagi, “Iih, Abah! Ieu mah, laporan!” (artinya: Iih, Abah! Ini hanya laporan!).

Mungkin inilah, isyarat sebelum pengangkatan beliau menjadi wakil talqin.


Sekarang traktir Tim TQNNEWS gak perlu ribet, sat-set langsung sampe!
Terima kasih ya sudah support kami. Salam cinta penuh kehangatan :)
https://sociabuzz.com/tqnn/tribe
______
Rekomendasi