Cara Membedakan Pencinta Dunia dan Pencinta Akhirat

Allah telah menghiasi manusia dengan syahwat agar digunakannya sesuai dengan tujuan penciptaannya. Salah satu tugas manusia ialah sebagai Khalifatullah (wakil Allah) di muka bumi.

Sebagai khalifah, syahwat terhadap harta benda dan dunia itu bukan untuk dipendam dan dihilangkan tapi diarahkan dan dikontrol digunakan seoptimal mungkin untuk membangun peradaban, memakmurkan bumi dengan segala isi dan potensinya, demi kemaslahatan bersama.

Karena manusia akan kembali kepada Allah mempertanggungjawabkan apa yang dijalaninya semasa di dunia. Terkait hal tersebut, Nabi Saw telah mewanti-wanti umatnya agar tidak salah niat dan orientasi dalam menjalani kehidupan dunia.

Baca juga: Abah Anom: Kita Harus Bekerja Keras Mendapatkan Harta

Dari Anas bin Malik Ra, Nabi Saw bersabda: siapa yang menjadikan akhirat tujuannya, maka Allah akan jadikan kekayaan di dalam qalbunya, Dia kumpulkan segala sesuatu yang dibutuhkannya, dan dunia akan mendatanginya dalam keadaan tunduk. Siapa yang menjadikan dunia tujuannya, Allah jadikan kefakiran di antara kedua matanya, dan mencerai beraikan segala urusannya, dan dia tidak mendapatkan dunia kecuali apa yang telah ditetapkan baginya. (HR. Tirmidzi).

Lalu bagaimana mengetahui apakah kita termasuk ahlud dunya (pencinta dunia) atau ahlul akhirah (pencinta akhirat)?

Suatu waktu ada seorang laki-laki yang datang menemui Imam Ali bin Abi Thalib (w 40 H / 661 M) radhiyallahu ‘anhu wa karramalahu wajhah.